PEMBATIK BELAJAR MEMBUAT TANDA TANGAN

Jika sebuah lukisan biasa ditandatangani oleh sang pelukis sebagai karya otentik dirinya, mengapa pada selembar kain batik hampir tidak pernah dijumpai tanda tangan sang pembatik?

Tanda tangan pada kain batik selama ini umumnya merupakan tanda tangan milik pengusaha batik (industri batik atau pedagang batik) yang berfungsi sebagai ‘merek dagang batik’. Bukan tanda tangan para seniman batik pembuat kain batik tersebut.

Praktik membubuhkan tanda tangan sang pembatik, lokasi dan tahun pembuatan batik sebaiknya dapat dirintis dan dikembangkan di Indonesia.Tujuannya antara lain (1) kebanggaan pembatik atas hasil karyanya, (2) jaminan kualitas dan keunikan desain produk batikagar memudahkan calon konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian, (3) media promosi/komunikasi/branding pembatik sehingga dapat meningkatkan daya tawar produk, harga dan pendapatan pembatik dari hasil karyanya.

Dapatkah pembatik membuat tanda tangan sendiri pada kain batik karyanya?Jawabannya YA.

Studi kasus berikut menggambarkan bagaimana seorang pembatik senior yang sedang belajar menulis di usia lanjutnya berhasil membuat tanda tangan.

Ibu Umriyah atau biasa dipanggil sebagai Mak Si’um adalah pembatik senior gaya Islam Rifa’iyah yang tinggal di desa Kalipucang Wetan, kecamatan Batang, kabupaten Batang, Jawa Tengah. Beliau semula buta huruf namun bertekad keras belajar baca tulis di usia lanjut. Akhirnya mak Si’um berhasil lulus ujian Kejar Paket A.

Saat mengunjungi beliau sekitar tanggal 7 Juli 2014, kami mencoba mengajak Mak Si’um membuat tanda tangannya sendiri yang biasanya hanya memakai tanda tangan cap jempol atau tanda tangan diwakilkan oleh anggota keluarganya.

Gambar berikut adalah proses eksperimen membuat tanda tangan oleh Mak Si’um. Dimulai dari membuat gambar ayam yang unik khas batik Rifa’iyah, belajar menulis kembali namanya dalam versi lengkap (Umriyah) dan versi populer (Sium) untuk beliau pilih sehingga akhirnya menggabungkan gambar dan tulisan. Jadilah tanda tangan Mak Si’um yang selanjutnya akan dipakai dalam lembaran batik buatannya (tentu batik bukan untuk dijadikan bahan pakaian, misal batik motif Alas-alasan pesanan penulis).

Sebuah gambar ayam khas batik Rifa’iyah dengan tulisan Sium di dalamnya. Unik, bukan? Walau sederhana, namun inilah tanda tangan pertama seumur hidup Mak Si’um yang akan mulai dipakai dalam karya batiknya.

Mak Si’um mulai berpikir tentang bentuk tanda tangannya. Beliau mulai mencorat-coret di atas kertas.

Membuat motif ayam terpenggal khas batik Rifa’iyahKalipucang Wetan

Mencoba menulis nama sendiri dengan huruf latin. Terdapat dua alternatif nama: UMRIYAH (nama asli namun tertulis sebagai UMPRIYAH) atau SIUM (nama panggilan)

Motif gambar dan alternatif tulisan sebagai bahan membuat tanda tangan.

Mak Sium sudah memilih inisial “SIUM” sebagai bagian tanda tangannya.

Inilah bentuk tanda tangan pertama Mak Si’um berbentuk seekor ayam terpenggal kepalanya dengan tulisan SIUM pada bagian ayam tersebut.

Selanjutnya, Mak Sium akan menggunakan canting untuk menorehkan tanda tangan tersebut di atas kain batik yang sedang dalam proses pembuatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *