BATIK INDONESIA RAMAH LINGKUNGAN

Gaya hidup ramah lingkungan (go-green) sudah semakin menjadi trend dunia. Batik Indonesia pun perlu mengadopsi proses kreasi, produksi dan bisnis yang ramah lingkungan.

Secara tradisi, Batik Indonesia menggunakan proses pembuatan yang ramah lingkungan yaitu memakai pewarna alami dari bagian tanaman (akar, daun, kulit kayu, kayu, bunga dan buah), lumpur dan batuan mineral. Penggunaan pewarna sintetis (misal: naftol) dalam proses produksi batik baru terjadi secara masif sejak tahun 1920an sampai saat sekarang. Pewarnaan sintetis membantu penghematan waktu, tenaga dan biaya produksi batik.

Pemakaian pewarna sintetis yang umumnya tidak ramah lingkungan menimbulkan masalah-masalah serius di dalam negeri maupun luar negeri. Limbah pewarnaan sintetis dapat menyebabkan masalah pencemaran lingkungan dan kesehatan di berbagai daerah sentra produksi batik.

Sementara itu, banyak pihak pro lingkungan hidup, terutama dari calon konsumen di negara-negara lain (khususnya Eropa Barat), dapat mempertanyakan seberapa serius perhatian dari para pembatik dan pengusaha Batik Indonesia terhadap aspek ramah lingkungan dari proses pembuatan Batik Indonesia tersebut.

Kerjasama antar pihak (Pemerintah, pengusaha dan pengrajin batik, lembaga riset dan pendidikan, masyarakat dan media) sangat dibutuhkan untuk pencarian dan pemakaian bahan serta proses produksi batik yang ramah lingkungan.

Sejak sekitar tahun 2010 para pengrajin dan pengusaha batik di Indonesia mulai mencoba pengembangan kembali proses produksi batik yang menggunakan pewarna alami. Semoga kesadaran untuk merevitalisasi tradisi pewarnaan alami pada pembuatan Batik Indonesia akan terus menguat di masa depan.

Foto 1: Contoh bahan alami untuk pewarnaan batik: buah Jelawe/ Terminalia bellirica (Gaertn.) Roxb(atas) dan kulit kayu Tingi/ Ceriops candolleana (bawah)

Foto 2: Proses pewarnaan kain batik dengan menggunakan cairan pewarna alami yang berasal dari aneka bagian tanaman pewarna.

Foto 3: Pengeringan kain batik dalam proses yang sudah dicelup ke cairan pewarna alami.

Sumber: Pelatihan pewarnaan alami batik di Imogiri, Yogyakarta, Januari 2007 oleh Paguyuban Batik Sekar Jagad.

Foto 4: Hasil pewarnaan alami pada kain batik.

Sumber: Pelatihan pewarnaan alami batik di Imogiri, Yogyakarta, Januari 2007 oleh Paguyuban Batik Sekar Jagad.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *