UNTUK PENGUATAN REGENERASI BUDAYA BATIK LASEM
Oleh: William Kwan HL (Direktur IPI)
Batik Lasem merupakan salah satu warisan luhur dari nenek moyang Indonesia. Dalam fungsinya sebagai bagian dari kain tradisional Indonesia, batik Lasem telah turut memberikan kontribusi keindahan dan keagungan seni budaya pakaian sekaligus membantu kesejahteraan ekonomi para pekerja dan pengusaha batik di berbagai desa di sekitar kota kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang.
Industri batik Lasem pernah mengalami kejayaan sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia. Diperkirakan skala industri batik Lasem mencapai posisi kelima di antara banyak industri batik di Hindia Belanda saat itu. Hal ini dapat dimengerti mengingat tingginya permintaan terhadap Batik Lasem oleh konsumen kain di Jawa, Sumatera, Bali, Gorontalo, Malaka, Suriname dan sebagainya. Namun demikian, potret industri batik Lasem pada tahun 2008 menunjukkan kondisi yang sangat berbeda.
Jumlah pengusaha batik Lasem telah merosot drastis dari sekitar 120 orang (tahun 1930) menjadi hanya 26 orang (Juni 2008). Adapun jumlah perempuan pembatik juga diperkirakan telah jauh merosot sebagaimana tampak dari dominasi pembatik berusia lanjut (rata-rata berkisar 45 tahun). Kedua hal tersebut di atas menunjukkan hambatan regenerasi industri batik Lasem, baik pada tingkat pengusaha maupun pembatik/ pengrajin. Jika tidak diatasi segera, maka hambatan regenerasi batik Lasem tersebut dipastikan akan mengancam kesinambungan industri dan budaya batik Lasem dalam jangka panjang.
Sebenarnya Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang telah memberikan perhatian yang cukup tinggi untuk kelestarian budaya dan industri batik Lasem. Berbagai jenis pelatihan teknis pembatikan (termasuk proses pewarnaan kain batik), bantuan peralatan produksi serta promosi batik Lasem melalui berbagai pameran kain tradisional, misalnya, telah dilaksanakan dengan intensif. Ditunjang oleh bergairahnya kembali pasar batik ditingkat nasional, berbagai bantuan tersebut telah mampu memperbaiki posisi industri batik Lasem di tengah sengitnya persaingan usaha batik. Batik Lasem mulai dikenal kembali serta digemari oleh kalangan masyarakat luas di Indonesia.
Kian tingginya permintaan pasar terhadap batik Lasem menyebabkan munculnya dua fenomena sebagai berikut: a) bertambahnya jumlah pengusaha batik Lasem akibat meningkatnya minat para pemodal untuk ikut terjun dalam bidang usaha batik Lasem, b) para perempuan pembatik yang sebelumnya banyak menganggur mulai bekerja kembali.
Kedua hal tersebut di atas telah membantu peningkatan sumberdaya kewirausahaan, potensi inovasi industri, serta penurunan angka pengangguran di kalangan perempuan pembatik yang berdomisili di berbagai desa tertinggal di Kabupaten Rembang. Selanjutnya, permintaan yang tinggi terhadap tenaga kerja pembatik telah menyebabkan persaingan tajam antar pengusaha dalam memperebutkan tenaga kerja pembatik tersebut, terutama pembatik terampil.
Kelangkaan tenaga kerja pembatik telah merupakan sebuah masalah yang sangat nyata dan serius dalam industri batik Lasem. Kesinambungan budaya dan industri batik Lasem dalam jangka panjang dapat terancam oleh kelangkaan tenaga kerja potensial tersebut. Kerja sama antar pihak yang peduli terhadap kelestarian batik Lasem amat dibutuhkan guna meningkatkan jumlah dan kualitas pengusaha maupun pembatik.
Berangkat dari keprihatinan terhadap lambatnya proses regenerasi pembatik tersebut, maka sejak April 2008 IPI mulai mempersiapkan upaya untuk mendukung berbagai pihak dalam memperkuat proses regenerasi batik Lasem.
Upaya revitalisasi budaya batik Lasem tentu tidak mudah dilakukan mengingat adanya beberapa hambatan, antara lain sebagai berikut:
- Keterbatasan data sejarah dan peta budaya batik Lasem menambah sulitnya upaya penyusunan materi program-program pelestarian batik Lasem.
- Rendahnya kesejahteraan ekonomi para pembatik meniadakan insentif generasi muda untuk mengikuti jejak orang tua mereka.
- Persepsi negatif generasi muda yang menganggap industri batik sebagai bidang pekerjaan yang sudah kuno, tidak menarik, dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman saat ini.
- Terbatasnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia di Kabupaten Rembang untuk membantu proses revitalisasi budaya batik Lasem.
- Terbatasnya upaya promosi kepada para pihak terkait (multistakeholders) untuk bekerjasama secara sinergis dalam rangka revitalisasi budaya batik Lasem.
Guna mengatasi ke lima hambatan di atas, IPI akan mencoba untuk melaksanakan program kegiatan sebagai berikut:
- Pemetaan Sosial Budaya dan Ekonomi Batik Lasem Melaksanakan kegiatan penelitian untuk memperoleh data yang memadai tentang aspek sosial, budaya dan ekonomi batik Lasem, antara lain a) penelitian “Sejarah Budaya Batik Lasem” dan b) penelitian “Strategi Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan Pembatik Lasem.”
- Pendidikan untuk Regenerasi Pembatik Lasem Mengembangkan sebuah model pendidikan budaya batik Lasem yang praktis dan efektif untuk generasi muda melalui kegiatan sebagai berikut:
a) Pengembangan kurikulum muatan lokal budaya batik Lasem di 4 (empat) sekolah dasar proyek percontohan di kecamatan Pancur, yaitu SD Jeruk, SD Doropayung, SD Warugunung.
b) Pengembangan Sanggar Anak di 5 (lima) desa proyek percontohan, yaitu desa-desa Jeruk, Karaskepoh, Doropayung, Tuyuhan dan Warugunung. - Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Pembatik di Desa Jeruk Pendampingan IPI terhadap Desa Jeruk akan dilanjutkan guna penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan ekonomi dan kesadaran kritis masyarakat desa melalui pengembangan desa Jeruk sebagai sebuah desa wisata batik rakyat.
Guna melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas, IPI berharap dapat bekerja sama dengan semua pihak yang peduli atas kelestarian budaya batik Lasem, baik di Kabupaten Rembang maupun di daerah-daerah lainnya. Semoga batik Lasem akan semakin berkembang di masa yang akan datang sehingga dapat memperkuat kesejahteraan ekonomi dan kesadaran budaya di Kabupaten Rembang.