Semasa kecilnya perempuan yang akrab disapa Elsie ini memang sudah akrab dengan kain batik. Ayahnya adalah salah seorang kerabat Kesunanan Cirebon yang terbiasa mengenakan pakaian adat, salah satunya batik.
Ia sering diperkenalkan dengan batik dari seluruh nusantara termasuk batik tulis Lasem. Tak heran pengetahuannya mengenai batik Lasem begitu luas. Namun sekarang koleksi batik Lasemnya sudah tidak banyak lagi karena sebagian sudah dibagikan pada kerabatnya. Sebagian lagi telah menjadi korban banjir tahun 1980 ketika Jakarta di landa banjir. Dua koper besar berisi koleksi batik beliau hancur terendam air.
Belajar Batik di Negeri Sakura Jepang
Setelah menamatkan sarjana ekonomi di UI beliau melanjutkan studinya ke negeri Sakura Jepang mengambil bidang studi Fashion Design dan salah satu bidang studinya adalah belajar batik Indonesia. ”Saya malu belajar batik harus di negeri Jepang padahal Jepang belajar batik di Jogjakarta” ujarnya, mengenang masa lalu.
Semasa kuliah tersebut, timbul keinginan beliau untuk mendorong penghargaan batik sebagai kekayaan bangsa Indonesia terutama melalui wahana pendidikan.
Untuk mewujudkan impiannya, beliau menetapkan pilihan menjadi Pelatih pada Departemen Perindustrian.
Keinginan untuk melestarikan batik dengan melibatkan partisipasi segenap masyarakat mendorong beliau bergabung dengan Wastraprema, sebuah organisasi nirlaba yang punya perhatian pada pelestarian kain tradisional.
Tahun ini Wastraprema merencanakan akan mengadakan kunjungan ke sentra-sentra batik di pantai utara Jawa termasuk sentra batik Lasem. Dalam organisasi Wastraprema, saat ini bu Elsie bertugas pada bagian Pameran dan Penelitian.
Ciri Khas Batik Lasem
Batik Lasem merupakan salah satu batik yang mempunyai ciri khas khusus. Ragam hiasnya yang rumit dan warnanya menarik (terutama warna hijau daun cabai yang belum pernah dibuat dimanapun), juga ada isen–isen.
Apabila dibandingkan dengan batik tulis Cirebon atau Pekalongan, batik tulis Lasem lebih semarak. Dulu batik Lasem sangat halus karena memakai canting yang kecil sehingga tidak jauh berbeda dengan batik Pekalongan dan Cirebonan.
Namun sekarang kualitas batik Lasem tidak sehalus jaman dulu karena pengrajinnya menggunakan canting yang besar. Salah satu yang mungkin menjadi penyebabnya adalah faktor ekonomi. Dengan memakai canting yang besar maka proses pembuatan batik tulis akan semakin cepat sehingga lebih cepat untuk dijual.
Penurunan kualitas batiktulis Lasem selain karena
penggunaan canting yang besar, juga akibat dari pewarnaan yang tidak merata. Hal ini bisa diatasi dengan pola pewarnaan yang baik dengan menutup kain dengan lilin yang kualitasnya bagus. Kalau kualitas lilin jelek, warna akan pecah.
Pak Dudung, pengusaha batik di Pekalongan, bisa jadi contoh. Dia membuat lilin sendiri agar hasilnya lebih bagus tetapi harga lilin yang dihasilkannya lumayan mahal dibandingkan dengan harga yang ada di pasaran.
Selain itu untuk menjaga kualitas batik Lasem, dalam proses nglorod pengrajin
harus hati-hati sewaktu menginjak-injak kain, di usahakan pada lantai yang rata.
Pemasaran Batik Lasem
Pemasaran batik Lasem sebaiknya dilakukan oleh pedagang pengumpul. Dengan cara seperti ini pedagang pasti membutuhkan modal yang besar, tetapi hal ini dapat meningkatkan penjualan batik Lasem. Untuk memperluas pasar batik Lasem para pengusaha perlu menciptakan trend batik Lasem yang selalu berkembang, tentu saja dengan ragam hias dan warna yang selalu berbeda dari tahun ke tahun. Upaya ini harus dilakukan secara berkelanjutan serta diperlukan kerjasama dengan para perancang busana untuk menciptakan trend batik Lasem di masyarakat.
Begitu juga halnya dengan pemerintah sebaiknya pemerintah memperhatikan dan mendorong pengusaha batik Lasem dalam melakukan pemasaran. Departemen Perindustrian dan Perdagangan perlu menentukan jadwal pameran yang tetap untuk kain-kain tradisional Indonesia sehingga tercipta kerjasama saling menguntungkan. Dengan begitu batik Lasem semakin dikenal dan diminati oleh para konsumen dari dalam maupun luar negara.
Untuk pengusaha sendiri harus ada persaingan bisnis yang sehat sehingga hargadapat bersaing dengan batik lainnya. Pengrajin juga dituntut lebih banyak untuk menciptakan ragam hias baru sehingga semakin banyak orang yang suka batik Lasem.
Dengan begitu penjualan batik Lasem semakin lama akan semakin meningkat, tentu saja juga akan meningkatkan kesejahteraan pengrajin batik Lasem.
Oleh : Evi Aisyah