Pentingnya Muatan Lokal Budaya Batik Lasem Dalam Upaya Pelestarian Budaya

Pentingnya Muatan Lokal Budaya Batik Lasem Dalam Upaya Pelestarian Budaya

Oleh: Bambang Budi H., S.Pd
Kepala Sekolah SD N Doropayung I



Untuk mengetahui pentingnya mulok batik dalam pelestarian budaya se­harusnya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu mulok? Mulok merupakan ak­ronim dari kata muatan lokal. Muatan lokal adalah salah satu dari banyak program pen­didikan yang mengandung unsur-unsur ling­kungan alam, lingkungan sosial dan budaya yang khas di daerah yang seyogyanya dipela­jari dan dikuasai oleh siswa di daerah terse­but.

Sesuai dengan SK Mendikbud No.0412/U/1987 tentang penerapan muatan lokal, dikurikulum Sekolah Dasar, muatan lokal di­artikan sebagai program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, sosial, budaya, serta kebu­tuhan pembangunan daerah yang perlu dia­jarkan kepada siswa. Isi dalam pengertian di atas adalah bahan pelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan lokal, sedang media penyampaian merupakan metode dan sarana yang digunakan dalam penyampaian isi muatan lokal.

Jika dilihat dari komponennya, kurikulum muatan lokal berisikan suatu bahan kajian dari mata pelajaran yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan yang bersangkutan. Untuk mempelajari dan mengem­bangkan muatan lokal diperlukan sumber bacaan dan nara sumber yang memahami bahan kajian sumber be­lajar lainnya yang ada atau tersedia di lingkungan seki­tar yang merupakan media penyampaian bahan muatan lokal. Karena itu, dipandang dari komponen kurikulum, muatan lokal dapat berupa isi kurikulum dan media pe­nyampaiannya.

Kedudukan Muatan Lokal Dalam Kurikulum Sekolah Dasar

Muatan lokal dalam kurikulum Sekolah Dasar dapat merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri atau ba­han kajian suatu mata pelajaran yang telah ada. Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, muatan lokal mempunyai alokasi waktu sendiri. Sedangkan sebagai bahan kajian mata pelajaran, muatan lokal dapat sebagai tam­bahan bahan kajian dari mata pelajaran yang telah ada atau disampaikan secara terpadu dengan bahan kajian lain yang telah ada. Karena itu mulok dapat dan tidak dapat diberikan alokasi waktu tersendiri. Muatan lokal sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri tentu dapat diberikan alokasi jam pelajaran, sebagai contoh pelajaran bahasa daerah.

Mulok Batik

Di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Rembang, Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan (KTSP), mu­atan lokal merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, seperti Bahasa Jawa (Daerah) sebagai mulok propinsi, Bahasa Inggris sebagai mulok Kabupaten. Sementara mu­lok sekolah ada tiga jenisyang perlu dipilih dan ditetap­kan di sekolah dasar, antara lain: Batik Tulis, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta Maritim.

Sesuai dengan kondisi lokasi sekolah kami (SD Ne­geri Doropayung I, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rem­bang), mulok batik tulis merupakan pilihan yang tepat sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri dan diberi ruang waktu serta dibuat kurikulum muatan lokal oleh sekolah sendiri.

Pentingnya Mulok Batik Tulis

(a) Ditinjau dari letaknya, SDN Doropayung I berada di Desa Doro­payung yang berbatasan dengan Desa Karasgede atau selatan Kota Lasem juga berdekatan dengan Sun­gai Babagan yang menjadi akses lalu lintas dari lautan dengan kota di masa itu. Adanya interaksi antara lingkungan sosial, alam, dan budaya membuat para penduduk, khususnya perempuan bekerja sebagai pembatik tangan (batik tulis) sampai dengan sekarang. Mengapa banyak perem­puan bekerja sebagai pembatik? Ya, karena pekerjaan membatik membu­tuhkan ketelitian lebih, kehalusan, dan keindahan. Kota yang dekat de­ngan Desa Doropayung adalah Kota Lasem yang hingga sekarang masih terkenal sebagai Kota Batik Lasem. Lasem hingga sekarang masih terke­nal sebagai kota batik tulis. Batik Lasem sangat populer dengan batik pesisiran Laseman. Batik ini lebih terbuka atau umum penggunaannya bagi segala kalangan atau lapisan masyarakat. Terlebih lagi, perkem­bangan batik Laseman juga dipen­garuhi unsur dari negeri Tiongkok dan Champa.

(b) Krisis Regenerasi Pembatik. Banyaknya orang Cina dan Champa yang menetap di Lasem dan membaur dengan penduduk lokal lambat laun melahirkan akulturasi budaya yang positif dan kaya, salah satunya ada­ lah seni batik itu sendiri. Batik Lase­man sendiri pernah mengalami masa kemashyuran dan kejayaan produksi dan pemasarannya pada zaman dahu­lu. Saat ini batik Lasem mengalami kemerosotan karena adanya persa­ingan pasar atau dalam hal tuntutan intensitas kreasi dan produktifitas diera yang modern ini. Meski demikian hingga kini masih dapat kita temui batik Lasem mewarnai perbatikan nasional. Karena banyaknya pengu­saha batik yang mengalami kemerosotan, maka banyak pengusaha batik yang gulung tikar dan alih usaha, dan pada akhirnya banyak pekerja batik kehilangan pekerjaan. Perusahaan batik yang tersebar di Kecamatan Lasem dan Pancur tinggal beberapa perusahaan yang bertahan, akibatnya generasi pekerja batik terputus se hingga pekerja batik yang kita jumpai tidaklah banyak, tinggal yang tua-tua saja dengan rata-rata usia di atas 40 tahun. Ini memperkuat adanya krisis regenerasi pembatik dan kelestarian budaya batik Lasem.

Materi Mulok Batik dan Sistem Pengajarannya

Mulok batik merupakan matapelajaran yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, bahan kajian mulok batik telah disusun dalam sebuah kuriku­lum muatan lokal batik. Materi diberi­kan sesuai dengan tingkatan usia atau kelas, dan dari tingkat yang mudah ke tingkat yang sukar. Adapun sistem pelajarannya dapat menggunakan multi metode, yaitu menggunakan berbagai macam teknik mengajar dalam proses belajar mengajar serta berbagai model pembelajaran yang kontekstual, di mana belajar dengan dunia nyata serta aktif dan menga­lami sendiri. Mengingat mulok batik membutuhkan dana yang cukup be­sar, maka model pembela­jaran ko­operatif juga tepat ataupun bisa jadi dengan menggunakan PAKEM.

Tanggapan dan Harapan Murid dan Guru atau Sekolah

(a) Murid

Tanggapan murid terhadap mu­lok batik antusias sekali. Mereka bergembira dan merasa senang sekali karena mendapat kesempatan untuk mengapresiasikan cipta rasa seninya ke mata pelajaran mulok batik.

(b) Guru

Guru merasa bangga pada siswa dengan adanya mulok batik tersebut, sebab dimasukkannya mulok batik, guru tidak hanya mulai memperke­nalkan apa yang disebut sandang atau pakaian dan apa fungsinya, tetapi lebih dari itu guru mengalirkan teknologi serta budaya setempat ke­pada siswa.

(c) Sekolah

Sekolah sebagai satuan pendidi­kan yang memasukkan mulok batik ingin mengajak berbagai pihak me­lihat ke belakang, mengapa ba­nyak anak muda yang urbanisasi atau mengapa banyak anak yang menjadi PRT di kota besar atau di negara lain. Pernahkan terpikir di benak hati kita bagaimana hidup mereka di kota be­sar jika tidak berhasil mengadu na­sib. Urbanisasi terjadi bukan karena di kota banyak lowongan pekerjaan, tetapi lebih dari itu, karena siswa atau anak tidak mengenal kondisi alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya. Agar siswa menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungan­ nya sendiri, SDN Doropayung I ber­harap kepada semua pihak agar ikut serta memberikan andil besar kepada SDN Doropayung I agar mulok ba­tik tulis tetap berjalan di sekolah dan tidak putus mata rantainya sebagai tradisi budaya yang berkembang dimasyarakat. Jika daerah batik tulis dikemas menjadi daerah pariwisa­ta bagi masyarakat daerah Lasem, Pancur dan kawasan sekitarnya, ka­wasan tersebut menjadi aset besar bagi daerah untuk mendulangkan de­visa bagi daerah. Dalam hal ini SDN Doropayung I siap menjadi objek karya wisata, baik dari dalam mau­pun luar daerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *