Rasa Cinta Terhadap Batik

Saya Dwi Anggraeni dari Lasem, Rembang. Saya adalah salah satu pembatik generasi muda dari Lasem.

Sebagai generasi muda, saya memperhatikan kecenderungan fashion batik yang selalu dilihat dari mahal atau tidaknya batik tersebut. Anak muda sering kali lebih memilih untuk membeli Sneakers dengan harga yang sangat mahal dibandingkan batik yang katakanlah seharga Rp.200.000. Selain itu, mereka pun masih enggan untuk membeli batik karena menurut mereka motif batik dari dulu sampai sekarang tidak berubah sehingga dianggap “kuno”. Hal-hal inilah yang menurut saya menjadi alasan mengapa anak muda atau generasi muda saat ini kurang meminati fashion batik.

Selain itu, minat generasi muda untuk menjadi pembatik di Lasem juga sangatlah kurang. Anak muda yang sudah lulus lebih memilih untuk bekerja di toko atau pabrik sepatu dengan alasan bahwa upah yang didapat mereka ketika bekerja di toko dan juga di pabrik itu lebih besar dibandingkan menjadi pembatik.

Harapan saya untuk kedepannya untuk IPI dan Samadaya agar dapat kembali menghidupkan minat anak muda terhadap batik atau membuat sanggar batik dan budaya di Lasem. Hal ini sangat berguna untuk menanamkan rasa cinta terhadap batik.

Saat ini, saya pelan-pelan mulai untuk mengajak anak-anak untuk mengenal budaya Jawa yang kemudian saya ingin mengajak anak-anak, khususnya di desa saya, untuk mencoba mengenal proses membatik.

 

-Dwi Anggraeni, Pembatik Lasem, Rembang –

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *